Sabtu, 14 Juli 2012

Dosaku Terhitung Oleh Biji Sawi - Ini ceritaku




 Jerpret kami bersama Ibuk dan Mbah Mahmud

Usai pulang sekolah, kami berniat untuk belajar bersama. Berlima ( Aku, Avin, Rani, Septi dan Figit ), mengayuh sepeda sembari bersenda gurau dengan keramaian jalan menuju tempat biasa kami melepas penat, yakni Ngarsopuro. Belum sampai tempat tujuan, perut kami merengek karena merasa lapar. Terlihat ada sebuah warung makan Mie Ayam, segera kami sandarkan sepeda dan masuk ke warung untuk mengisi perut yang tengah merengek keroncongan.

Ditengah kami sedang menyantap chicken noodle, ada seorang kakek yang menawarkan senyumnya untuk kami. Dan kami pun membalasnya. Terjadilah SKSD (sok kenal sok dekat) , tapi nggak papa selama itu masih dalam " Positif ". Memang beginilah cara kami untuk bisa mengenal banyak orang.

"Nama saya simbah Mahfud, tapi panggil saja Mbah Mahmud gitu ndakpapa " sembari mengulurkan tangannya dan memerkenalkan diri. Dengan bergilir, kami pun semua ikut mengenalkan diri. Dan tak mau kalah juga, Ibuk sang pemilik warung.

Dan dari sinilah terjalin sebuah keakraban dan kekeluargaan, antara kami, Simbah, dan juga Ibuk. Setiap kali pulang sekolah, kami sempatkan untuk mamir ke warung Ibuk dan berjumpa lagi dengan Simbah Mahmud.

Baliau pernah menyampaikan kepada kami semua bahwa, Dosa yang telah kita perbuat itu nantinya akan terhitung meskipun seberat atau sebesar biji sawi sekalipun.

Nah.. dari situlah sahabat. Aku menyimpulkan bahwa semua perbuatan atau sikap yang udah pernah kita lakuin. Bila nantinya dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah kita perbuat, dosa itu dapat diperhitungkan! meskipun sebesar biji sawi sekalipun. Bayangin aja sahabat, biji sawi.
Yah sahabat, semoga ini bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates